Menjadi manusia normal, tentu impian
setiap manusia yang lahir di dunia. Jika tak percaya, tanyakan kepada mereka
yang tuna netra, tentu mereka menginginkan sepasang mata agar bisa merasakan
siang dan malam. Bagi mereka yang terlahir cacat fisik, tentu mereka
menginginkan anggota tubuhnya lengkap seperti manusia yang lain. Pun begitu
dengan mereka yang memiliki kecondongan seksual yang berbeda, tentu jauh dalam
hati sanubarinya terbesit keinginan agar memiliki ketertarikan terhadap lawan
jenis. Sayang, semua yang ada sudah menjadi kuasa dari Sang Maha Kuasa.
Parahnya, orang yang mengalami perbedaan
daya tarik seksualitas ini, rentan akan cemoohan masyarakat. Penampilannya yang
tak biasa, menimbulkan teori labeling
yang terus melekat bahkan sampai dia meninggal. Sungguh, seandainya disodorkan
sebuah pertanyaan, tentu orang ini akan meminta agar Tuhan tak melahirkannya
saja ke dunia daripada terlahir namun dengan fitrah yang berbeda. Sebab, orang
tuna netra ataupun cacat fisik dapat dinilai dari luar, namun seorang yang
menderita batin seumur hidup akan menderita sampai ajal menjemput.
Bukan tak mungkin pula, selama hidup,
manusia yang memiliki orientasi seksualitas sesama jenis ini mengalami tekanan
batin yang diperoleh dari masyarakat. Tak jarang, bagi mereka yang takut
menampakkan diri, terpaksa mengelabui jati diri yang sebenarnya. Tentu, sebuah
manipulasi yang terpaksa dilakukan dengan tujuan agar tak dihina masyarakat
setempat.
Sejujurnya, segala sesuatu yang terjadi
merupakan takdir Tuhan. Termasuk orientasi seksual yang dialami segelintir
orang ini. Jika didalami lebih lanjut, menyukai seseorang merupakan fitrah
Tuhan termasuk yang dirasakan mereka. Namun, agama jelas melarang hubungan
sesama jenis sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab suci agama Islam. Dari sinilah
kita melihat bahwa menyukai sesama jenis itu merupakan fitrah Tuhan, hanya saja
Ia memiliki cara dalam menguji hambaNya. LGBT adalah sebuah pilihan bukan
sebagai takdir. Takdir hanya berpihak pada rasa suka, namun menolak terhadap
tindakan selanjutnya yaitu berhubungan dengan sesama jenis apalagi sampai
terlibat LGBT.
Lantas, hanya satu cara yang perlu
dilakukan oleh mereka yang merasa memiliki orientasi berbeda, yakni mendekatkan
diri pada Tuhan. Itu saja. Apapun agamanya. Tak peduli dia pencopet atau
pembunuh, dekatkan saja dengan Yang Di Atas. Sebab dia Yang Maha Bisa Segalanya.
Tuhan bisa serta merta mengganti fitrah rasa suka sesama jenis menjadi suka
lawan jenis dalam satu detik. Hal ini tak sulit bagiNya. Namun, jika Tuhan tak
berkehendak, tentu Ia memiliki maksud sendiri dalam menguji makhlukNya yang
bernama manusia ini.
Untuk itu, mari saling mengunci mulut
dan hati. Mereka yang merasakan pebedaan dalam orientasi seksualnya, justru
merasakan tekanan batin sepanjang dia hidup. Orang miskin jelas terlihat
penderitaannya dalam mencari uang. Tetapi seorang yang menderita batin, akan
terpaksa bersembunyi dan tak bakalan membuka diri. Kecuali, bagi mereka yang
dengan terang-terangan menjalin LGBT.
Sekali lagi, LGBT adalah pilihan, tetapi
rasa suka terhadap siapapun itu merupakan fitrah Tuhan. Jika Anda termasuk dari
seorang yang memiliki orientasi seksual sesama jenis, alangkah baiknya dekatkan
diri pada Tuhan. Sebab kepadaNyalah semuanya kembali. Percayalah. Segala beban
yang Anda pikul selama ini, akan terasa ringan jika Anda nyaman bercerita
denganNya. Barangkali pula, sempat Anda terbesit untuk melakukan bunuh diri
akibat menanggung beban hidup. Sekali lagi, dekatkan diri pada Tuhan. Hanya ini
jalan satu-satunya yang terbuka lebar agar Anda memahami mengapa Ia berkenan
menciptakan Anda di dunia dengan segala cobaan hidup seperti ini.
Saya tak mau menyebut bahwa kelainan
semacam ini disebut suatu penyakit layaknya beberapa pakar dan ulama yang
menyebutnya demikian. Tetapi, saya lebih nyaman menyebutnya sebagai cobaan
hidup yang akan diderita seumur hidup. Yang harus dijalani, apapun yang terjadi.
Terakhir, saya juga tak mau bersikap sok
suci dengan mengajak lebih dekat dengan Tuhan. Namun, kepada siapa lagi kita
akan bercerita kalau bukan denganNya? Sedang manusia sendiri banyak yang
mencibir.
No comments:
Post a Comment