Senja datang
seperti biasa. Tak ada yang spesial selain ingatanku padamu. Aku baru pulang dari kuliah, lalu mampir ke
masjid alun-alun di tengah kota. Mungkin pernah kuceritakan padamu tentang
mengapa aku lebih sering menyendiri di emperan masjid ini. Ah, mungkin juga
tidak.
Kau tahu apa
yang kulakukan? Melihat jam tangan. Hampir jam lima sore. Pasti kau tahu
maksudku, bukan?. Ya, senja sudah tiba. Hahaha. Yang jelas, kau tahu apa
maksudku.
Oh, iya, banyak anak-anak kecil seliweran
sambil ketawa dan berlari. Mungkin sedang bermain kejar-kejaran, atau
lagi bersembunyi. Entahlah, yang jelas mereka jauh dari pandanganku.
Hampir lupa. Di
tepi emperan masjid bersebelahan dengan
rel kereta. Beberapa kali mataku dimanjakan dengan bunyinya yang tak lagi
asing. Mengingat, selama SMP aku selalu bermain di stasiun. Hemm… terlalu
banyak cerita hidup yang ingin kusampaikan. Tapi, aku harus tau diri. Siapa aku
dalam masa kini.
Yaa, sudah jam lima lebih. Langit sudah
mendengarkan ceritaku walau tak berkata. Kau tahu, aku selalu menyukai senja walau
kadang tak berwarna jingga. Aku yakin kau masih mengingatnya…………
Emperan
Masjid, 4 Maret 2015
No comments:
Post a Comment