Friday 21 August 2015

Kutanya Kabarmu?



Sampai detik ini pun, kau masih tetap tak ada kabar. Jangankan cerita yang mengalir lembut dari bibirmu, keadaanmu pun tak lagi terdengar. Bahkan setiap senja lalu langit malam menyapa, selalu kusapa dirimu lewat alam. Bahkan pula, kabar yang kuselingi setiap pekan sekali, tak pernah lagi kau peduli. Alasanmu pun selalu begitu. Kuhafal betul tabi’atmu yang selalu sibuk mencari alasan. Dan aku, masih saja sibuk menabur harapan akan kedatanganmu seperti dulu.


Padahal kukatakan berkali-kali pada diri ini, tak ada gunanya harapan yang hanya menyisakan luka yang tak pernah kering. Hanya membuatku semakin gila mengingatmu. Tetapi, lagi-lagi jiwaku berkata: “Tak ada yang salah dengan harapan. Sebab dengan harapan akan kembalinya dirimu yang dulu, akan membuatku semangat menjalani hidup”

Ya, harus kuakui memang. Mengingatmu, membuatku semangat menjalani hidup. Membuatku bergairah meraih cita-cita. Tetapi cepat pula menghilang tatkala diriku sadar, kalaulah ternyata aku tertipu harapan semata.

Maaf, barangkali harus kuputuskan tuk tak lagi mengabarimu. Biarkan saja tulisan yang selalu kuperuntukkan untukmu, tersimpan rapi tanpa kau baca. Biarkan saja tulisan-tulisanku tak lagi menyapamu dan biarkan ia abadi dalam ruang yang tak bertubuh ini. Kalaulah nanti aku mati, biarkan tulisan ini menjadi bukti kalaulah aku tak pernah melupakanmu. Meski tulisan ini hanya berdiam tak ada sapa, setidaknya alam masih milikku…………..

No comments:

Post a Comment

Hikayat Seorang Santri Bodoh

Usiaku lima belas tahun waktu itu. Saat aku terbuang ke Madura. Ya, di sebuah pesantren Al-Amien inilah aku harus bersemedi. Tak tanggung...