Sampai detik ini pun, kau masih tetap tak ada kabar. Jangankan cerita yang mengalir lembut dari bibirmu, keadaanmu pun tak lagi terdengar. Bahkan setiap senja lalu langit malam menyapa, selalu kusapa dirimu lewat alam. Bahkan pula, kabar yang kuselingi setiap pekan sekali, tak pernah lagi kau peduli. Alasanmu pun selalu begitu. Kuhafal betul tabi’atmu yang selalu sibuk mencari alasan. Dan aku, masih saja sibuk menabur harapan akan kedatanganmu seperti dulu.
Padahal kukatakan berkali-kali pada diri ini, tak ada
gunanya harapan yang hanya menyisakan luka yang tak pernah kering. Hanya membuatku
semakin gila mengingatmu. Tetapi, lagi-lagi jiwaku berkata: “Tak ada yang salah
dengan harapan. Sebab dengan harapan akan kembalinya dirimu yang dulu, akan
membuatku semangat menjalani hidup”
Ya, harus kuakui memang. Mengingatmu, membuatku semangat
menjalani hidup. Membuatku bergairah meraih cita-cita. Tetapi cepat pula
menghilang tatkala diriku sadar, kalaulah ternyata aku tertipu harapan semata.
Maaf, barangkali harus kuputuskan tuk tak lagi mengabarimu. Biarkan
saja tulisan yang selalu kuperuntukkan untukmu, tersimpan rapi tanpa kau baca. Biarkan
saja tulisan-tulisanku tak lagi menyapamu dan biarkan ia abadi dalam ruang yang
tak bertubuh ini. Kalaulah nanti aku mati, biarkan tulisan ini menjadi bukti
kalaulah aku tak pernah melupakanmu. Meski tulisan ini hanya berdiam tak ada
sapa, setidaknya alam masih milikku…………..
No comments:
Post a Comment