Monday 10 August 2015

Tak Harus Kau Baca

Tulisan ini tak harus kau baca, Bintang. Sebab, yang kuinginkan bukanlah kehadiranmu bahkan sapamu. Tulisan ini sekedar tempat bercerita yang tak lagi memiliki muara. Biarlah tulisan ini menjadi sejarah di dalam dinding yang tersedia. Aku tak punya harapan lagi. Bahkan sekedar mengingat kenangan pun, hatiku enggan. Bisaku hanya berbisik pada Tuhan, agar kau selalu bahagia disana.
Bintang, aku tau sebutan itu tersemat semenjak bertahun-tahun lalu. Tak ada yang lebih indah selain memanggilmu dengan sebutan ciptaan Tuhan yang kukagumi. Bagiku, bintang adalah tempat mencurahkan keadaan diri. Pun begitu denganmu. Tetapi sayang, aku tak lagi Bintangmu. Bintang-bintang yang lain sudah kau miliki sekarang.
Sejujurnya, aku turut bahagia dengan apa yang kau yakini saat ini. Namun, sikap tak acuhmu yang membuatku bertafakkur bersama alam. Kau berubah menjadi galaksi lain. Kau menjelma bak meteor yang hanya sesekali menyapa bumi lewat atmosfir. Selebihnya, kau hilang bak supernova.
Barangkali, kesibukan yang membuatmu begitu. Tetapi, berkali-kali kuamati, ternyata sikapmu memang begitu.
Yaa, sekali lagi tulisan ini tak harus kau baca. Toh, aku tak perlu pamit padamu. Pamit pun kau enggan peduli. Biarlah kau ada dalam masaku yang dulu. Sekarang dan ke depan, mungkin kau menjelma Bintang yang tak mampu kujamah...


Elang_Timur

No comments:

Post a Comment

Hikayat Seorang Santri Bodoh

Usiaku lima belas tahun waktu itu. Saat aku terbuang ke Madura. Ya, di sebuah pesantren Al-Amien inilah aku harus bersemedi. Tak tanggung...