Lagi, Jakarta kembali mengalami teror. Kali ini,
pelaku berhasil melakukan pengeboman di jalan M.H Thamrin. Korbannya pun
berjatuhan termasuk kelima pelaku tewas di tempat. Polisi mengindikasi, dalang
di balik kekisruhan adalah teroris ISIS. Bahkan tidak cukup sampai disitu,
kepolisian juga memberikan pernyataan sejatinya memang telah menerima informasi
mengenai ancaman teror hanya saja tidak mengetahui kapan dan dimana.
Jika benar ISIS pelakunya, sungguh biadab orang-orang
dalam organisasi tersebut. Saya sungguh tidak bisa berpikir, bagaimana pola
pikir para teroris tersebut? Kalaulah mereka berdalih ingin mendirikan negara
Islam, apakah dengan melakukan kekerasan? Contoh saja negara Islam Iran atau
Arab Saudi. Apakah mereka melakukan kekerasan terhadap orang yang tidak sepaham
dengan pikiran mereka? Lalu, apabila mereka berdalih berjihad atas nama Allah,
sungguh mereka telah keliru menafsirkan perintah Allah.
Saya pernah membaca sebuah buku yang dikarang oleh
seorang yang hijrah pola pikir. Di dalamnya saya menemukan pernyataan penulis,
bahwa selama menjadi mahasiswa, rupanya ia dicuci otaknya dengan menggunakan
salah satu ayat suci al-qur’an yang menyatakan bunuhlah/berperanglah melawan
orang kafir. Hingga akhirnya, ia sadar jikalau dirinya berada di jalan yang
salah.
Kalaulah begitu, baiklah, di dalam kesempatan ini akan
saya ulas pandangan saya mengenai ayat tadi. Sekalipun harus saya akui, saya
bukan hafidz, ahli tafsir atau seorang ulama yang memiliki kemampuan ilmu yang
mumpuni. Tetapi tulisan ini lahir sebagai bentuk kegeraman saya terhadap orang
semacam teroris.
Wahai para teroris bahkan anggota ISIS. Beranjak dari
perintah ayat tadi, sudah seharusnya anda semua menengok kembali otak dan akal
pikiran masing-masing. Apakah anda akan menyatakan bahwa dengan melakukan bom
bunuh diri di tengah khalayak atau menembaki orang yang tidak tau apa-apa yang
anda sebut sebagai jihad, akan menjamin anda masuk surga? Hei teroris, surga
dan neraka yang menentukan Allah SWT. Kita sebagai hamba hanya bisa pasrah dan
ikhtiar. Dalam hablul minallah maupun hablul minan naas, sepantasnya kita
melakukan pekerjaan hanya murni niat lillahi ta’ala saja, Bukan berharap surga
atau takut neraka. Mengapa anda melakukan hitung-hitungan pahala di depan
Allah?
Kedua, apakah anda merasa jalan jihad yang diyakini
sudah sesuai al-qur’an? Cobalah anda tengok hati dan akal anda! Janganlah
pernah merasa anda sudah benar meyakini kebenaran prinsip jihad tersebut, sebab
ayat al-qur’an yang anda yakini, hanya diambil dan ditafsirkan separuh saja.
lihatlah ayat-ayat yang lain, niscaya akan anda temukan bahwa untuk memahami
sesuatu, pahamilah keseluruhan jangan separuhnya jika tidak, akan tersesat
seperti anda. Sesungguhnya, anda bisa melakukan penafsiran yang lebih baik
dengan menggunakan asbabun nuzul misalnya. Dengannya, anda akan mengetahui
sejarah turunnya ayat yang anda ambil separuh tadi. Anda akan melihat, mengapa
Allah menurunkan ayat tadi sekaligus dengan peristiwa masa lalu. Sinkronkan
dengan keadaan saat ini.
Ketiga, jikalau anda menganggap melawan orang kafir
harus dengan membunuh, lihatlah ayat qur’an sekaligus hadist nabi yang lainnya.
Jangan anda ambil separuh-separuh jika tidak, hidup anda separuh juga. Ya,
seharusnya anda memahami, bunuh diri adalah perbuatan dosa bukan perbuatan
mulia seperti ucapan anda. Sungguh memalukan! Bahkan anda meyakini, dengan
membunuh orang-orang yang tak sepaham dengan anda adalah perbuatan mulia.
Sekali lagi, lihatlah hadist nabi yang lain. Lihatlah, apa yang dikatakan sang
nabi bahwa membunuh seorang yang tidak tau apa-apa, sama halnya dengan membunuh
seluruh manusia. Sayang sekali, anda memiliki semangat jihad yang luar biasa,
akan tetapi anda arahkan ke jalan nestapa.
Saya sebagai muslim, sungguh malu memiliki saudara
yang mengaku beragama Islam tetapi membunuh orang-orang. Saya lebih baik
berkawan dengan para pelacur, pencopet, daripada saya mengenal orang yang
mengaku memahami Islam tetapi pembunuh.
No comments:
Post a Comment