Monday 25 January 2016

Ya, Sudahlah




Tak banyak yang bisa kukatakan pagi ini,
sebatas tampias fajar yang semakin meninggi
Bukan kesibukan membuatku enggan menyapa
sama sekali bukan!
Hanya sapa mengawali pagi
yang pernah kau ucapakan,
kini menjadi kenangan
Ya, itu saja........

“Teramat sulit melepas kenangan”

Laki-laki dengan setelan jas hitam itu bergumam sendiri. Masih bersandar di atas kasur melihat arakan awan dari langit jendela. Barangkali, hidupnya terlampau sulit seperti kedua pundak bahunya yang terus naik-turun mencoba melepas beban. Entahlah, hanya Tuhan dan dirinya betul-betul memahami apa yang telah terjadi.
Cinta? Oh, apakah karena cinta ia tampak letih menjalani hidup? Bukankah, Tuhan sengaja menciptakan cinta agar manusia tampak lebih bahagia? Ya, barangkali karena cinta ia seperti ini. kau tau, cinta mampu bersanding dengan deretan hutang puluhan juta yang dimiliki seseorang yang mampu membuat siapa saja ingin cepat pulang. Ya, tentu bagi sebagian yang merasa lelah dan ingin cepat mati.

Hemmmm....

lagi-lagi karena cinta. Apa yang mesti diperbuat tatkala dikhianati pasangan? Oh, aku tau. Contoh saja lagu Bondan Prakoso –Ya, Sudahlah- betul, bukan? 

Hey, laki-laki itu semakin murung saja. Masih menghitung arus awan. Ah, aku juga sudah bosan menduga apa yang sebenarnya yang ia rasakan. Baiklah, aku juga akan mengatakan Ya, Sudahlah. Semua akan baik-baik saja. Ya, Sudahlah. Kau akan jauh lebih baik saat kau mati dalam keadaan berusaha. Bukan mati dalam keadaan berdiam diri. Ya, Sudahlah.......

No comments:

Post a Comment

Hikayat Seorang Santri Bodoh

Usiaku lima belas tahun waktu itu. Saat aku terbuang ke Madura. Ya, di sebuah pesantren Al-Amien inilah aku harus bersemedi. Tak tanggung...