Apakah
anda tau, Pak? Tepat kemarin sore saya mendapati 8 nama yang menjadi capim KPK
di televisi. Presiden kita mengumumkannya. Satu dari kedelapan nama yang
diumumkan, terdapat calon yang saya kagumi. Sekalipun tadi pagi mendengar
segelintir kecewa, tetapi pendirian saya masih tetap kokoh berdiri. Bapak
Abraham yang saya kagumi, tentu saya tak akan memberi tahu bapak mengenai nama
calon tersebut. Saya menyakini, anda pun turut setuju dengan pilihan saya
tersebut.
Andai
bapak tau, ingatan saya masih melekat betul akan cerita bapak saat ditayangkan
dalam acara favorit saya: Mata Najwa. Ya, saat itu bapak bercerita tatkala
dimarahi oleh ibu anda sebab membawa kapur dari sekolah. Padahal kapur tersebut
adalah sisa-sisa dari guru saat menulis. Sungguh, saya masih tetap menghargai
sejarah hidup bapak sebagaimana saya mengagumi sejarah hidup saya beserta orang
tua.
Rasa-rasanya,
saya ingin lagi melihat bapak di layar televisi. Meski harus saya akui, sampai
saat ini pun saya belum pernah bertemu dengan bapak. Melainkan, saya hanya
bertamu lewat televisi dan dari satu lembar ke lembar buku yang lain. Tak apa,
saya tetap bersyukur telah mengenal orang seperti anda. Jangankan itu,
bayang-bayang anda saat berjumpa pers sesaat telah menangkap hakim Akil Mochtar
pun saya masih mengingatnya. Begitu gagahnya anda memberantas korupsi dalam
negeri.
Jujur
saja, Pak Abraham. Sampai kini pun saya masih masih belajar memahami mengapa
banyak manusia yang menguber-nguber kesalahan orang lain. Kalaulah tujuannya
mulia seperti mengungkap kejahatan, tentu saya takkan berusaha keras belajar
memahami kehidupan ini. Tetapi, tatkala manusia –manusia itu terus menguber
kesalahan anda dan tentu wakil anda bapak Bambang Widjayanto maupun
penyidik-penyidik anda, saya bingung bahkan sangat geram. Tidakkah mereka
sadari kalaulah mereka juga turut memiliki kesalahan? Heran melihat mereka
selalu benar. Padahal, saya jamin seratus persen jikalau di dunia ini tak ada
manusia tanpa kesalahan. Kecuali nabi. Dan saya juga meyakini, takkan ada satu
orang pun manusia yang akan menduduki pimpinan KPK tanpa kesalahan di masa
lalunya.
Apalagi,
kesalahan yang diuber terhadap anda maupun terhadap bapak Bambang Widjayanto
bukanlah perkara korupsi. Seandainya masalah yang menerpa anda masih berbau
korupsi, barangkali saat ini saya takkan pernah mau menemui bapak lagi meski
sebatas layar televisi.
Entahlah,
Pak. Saya hanya bisa berharap agar siapapun yang menjadi Pimpinan KPK setelah
ini, bisa meminimalisir kesalahan dirinya pribadi dan semoga kesalahan
kesalahan di masa lalunya tak ada yang berbau kejahatan extra ordinary.
Bapak
Abraham yang saya hormati, apakah saya boleh bertanya tetapi bukan mengenai
KPK? Tentu saya takkan bertanya mengenai perasaan bapak saat diciduk masalah
ini ataupun saat wakil anda ditangkap di depan anaknya? Sungguh saya tak bisa
bayangkan, saat anda kini berada di dalam kondisi yang bapak tangani dulu.
Bapak Abraham, saya hanya ingin bertanya, bagaimana kabar bapak saat ini?
Pastilah baik-baik saja, bukan? Saya tau, bapak orang yang kuat. Semua masalah
yang menerpa anda, pastilah kan berlalu dan terkuak sandiwara sebenarnya. Itu
saja. Saya tak ingin bertanya yang lain, mengingat saya tak lagi bisa menemui
anda di televisi.
Ya,
hanya ini yang ingin saya tanyakan. Saya
masih meyakini, kalaulah Anda masih tetap Rajawali dari Timur.
02 September 2015
No comments:
Post a Comment